Beranda | Artikel
Bolehkah Menggugurkan Janin Yang Cacat?
Sabtu, 5 Januari 2013

Pengguguran janin atau aborsi hukum asalnya adalah haram karena ada larangan dan hukumannya .

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أن امرأتين من هذيل رمت إحداهما الأخرى فطرحت جنينها , فقضى رسول الله صلى الله عليه و سلم فيها بغرة عبد أو أمة

“Sesungguhnya ada dua wanita dari Bani Hudzail, salah satu dari keduanya melempar lainnya sehingga gugur kandungannya. Maka Rasulullah memutuskan harus membayar diyat sebesar seorang budak laki-laki atau budak wanita.”[1]

 

عن عمر بن الخطا ب أنه استشارهم في إملاص المرأة , فقال المغيرة : قضى رسول الله صلى الله عليه و سلم بالغرة عبدا أو أمة

Dari Umar bin Khatthab, bahwasannya beliau meminta pendapat para sahabat tentang wanita yang menggugurkan kandungannya. Maka Mughirah bin Syu’bah berkata : “Rasulullah menghukumi dengan membayar seorang budak laki-laki atau wanita.”[2]

 

Bagaimana jika janinnya sudah diketahui dengan pasti cacat

Jawabannya:

-jika masih belum ditiup ruh (120 Hari) boleh jika cacatnya sudah pasti dan ada mashlahah syar’i yang lebih besar.

-jika setelah ditiup ruh tidak boleh kecuali jika keadaan tersebut bisa membahayakan Ibu misalnya menyebabkan kematian.

 

Berikut keputusan Majelis Ulama Besar No. 140 tentang permasalahan pengguguran kandungan /aborsi:

الحمد لله وحده والصلاة والسلام عل نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم وبعد :

فإن مجلس هيئة كبار العلماء يقرر ما يلي :

1- لا يجوز إسقاط الحمل في مختلف مراحله إلا لمبرر شرعي وفي حدود ضيقة جداَ .

2- إذا كان الحمل في الطور الأول وفي مدة الأربعين وكان في إسقاطه مصلحة شرعية أو دفع ضرر متوقع جاز إسقاطه ، أما إسقاطه في هذه المدة خشية المشقة في تربية الأولاد أو خوفاً من العجز عن تكاليف معيشتهم وتعليمهم أو من أجل مستقبلهم أو اكتفاء بما لدى الزوجين من الأولاد فغير جائز .

3- لا يجوز إسقاط الحمل إذا كان علقة أو مضغة حتى تقرر لجنة طبية موثوقة أن استمراره خطر على سلامة أمه بأن يخشى عليها الهلاك من استمراره جاز إسقاطه بعد استنفاذ كافة الوسائل لتلافي تلك الأخطار .

4- بعد الطور الثالث وبعد إكمال أربعة أشهر للحمل لا يحل إسقاطه حتى يقرر جمع من الأطباء المتخصصين الموثوقين أن بقاء الجنين في بطن أمه يسبب موتها وذلك بعد استنفاذ كافة الوسائل لإنقاذ حياته وإنما رخص الإقدام على إسقاطه بهذه الشروط دفعاً لأعظم الضررين وجلباً لعظمى المصلحتين .

ويوصي المجلس بتقوى الله والتثبت في هذا الأمر .

1. Tidak boleh menggugurkan kandungan dalam berbagai usia, kecuali ada sebab (alasan) syar’i yang dibenarkan dan dengan ketentuan yang sangat ketat sekali.

2. Apabila usia kandungan berada di masa pertama yaitu 40 hari, sedangkan pengguguran adalah maslahah syar’iyyah atau untuk mencegah bahaya, maka diperbolehkan menggugurkannya. Namun pengguguran pada masa sekarang karena (alasan) takut akan kesulitan dalam mendidik anak, atau takut akan kelemahan (kekurangan) dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mengasuhnya, atau karena berkaitan dengan masa depan mereka, atau karena tidak ada kesanggupan bagi suami istri untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anaknya, maka hal-hal tersebut tidak diperbolehkan.

3. Tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan, walaupun kandungan itu baru berbentuk ‘alaqah (segumpal darah) atau mudghah (segumpal daging), sampai diputuskan oleh tim dokter yang dipercaya bahwa kelanjutannya akan membahayakan, seperti bila diteruskan mengakibatkan kematian bagi sang ibu, maka boleh menggugurkan kandungan, itu pun setelah mencari berbagai cara untuk menghindari bahaya tersebut.

4. Setelah masa ketiga dan telah sempurna 4 bulan usia kandungan (ditiupkan tuh), tidak diperbolehkan penggugurannya sampai diputuskan oleh tim dokter spesialis yang dipercaya, bahwa adanya janin di dalam perut ibunya (akan) menyebabkan kematian (ibu)-nya dan hal itu setelah berupaya mencari berbagai cara untuk menyelamatkan hidupnya. Maka keringanan dalam mendahulukan pengguguran dengan syarat-syarat ini adalah mencegah yang lebih besar dari dua bahaya dan menghimpun yang lebih besar dari dua maslahat.[3]

 

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafidzahullah ditanya:

هل يجوز إسقاط الجنين بعدما تبين بالفحوصات الطبية أنه مشوّه خلقياً ؟.

“Apakah boleh menggugurkan janin setelah jelas melalui pemeriksaan kedokteran bahwa janin tersebut cacat fisik?”

Jawaban:

هناك أسباب عديدة لتشوه الأجنة ، وأن كثيراً من هذه الأسباب يكن تلافيه ، والتوقي منه ، أو التخفيف من آثاره ، وقد حث الإسلام والطب على منع أسباب المرض ، والتوقي منه ما أمكن ذلك ، وتعاليم الإسلام تحث على حفظ الصحة ، وعلى حماية الجنين ووقايته من كثير من الأمراض التي سببها البعد عن تعاليم الإسلام ، والوقوع في المعاصي كالزنى ، وشرب الخمر ، والتدخين ، وتعاطي المخدرات ، وكذلك جاء الطب الحديث ليحذر الأمهات من الخطر المحدق من تعاطي بعض العقاقير ، أو التعرض للأشعة السينية ، أو أشعة جاما وخاصة في الأيام الأولى من الحمل .

فإذا ثبت تشوه الجنين بصورة دقيقة قاطعة لا تقبل الشك ، من خلال لجنة طبية موثوقة ، وكان هذا التشوه غير قابل للعلاج ضمن الإمكانيات البشرية المتاحة لأهل الاختصاص ، فالراجح عندي هو إباحة إسقاطه ، نظراً لما قد يلحقه من مشاق وصعوبات في حياته

Ada banyak sebab cacatnya janin dan kebanyakan sebabnya akan menimbulkan kerusakan dan kematian atau bisa berkurang kerusakannya sisa dari dampaknya. Islam dan kedokteran mernganjurkan untuk mencegah sebab-sebab penyakit, kematian dan apa yang memungkinkan terjadi. Ajaran Islam mendorong agar menjaga kesehatan dan menjaga janin serta menjaganya dari berbagai penyakit yang penyebabnya (penyebab tidak langsung, pent) adalah   jauh dari ajaran Islam, terjerumus dalam maksiat seperti zina, minum khamr, merokok dan memakai narkoba. Demikian juga Ilmu kedokteran memperingatkan para ibu (hamil) dari bahaya yang menimpa berupa meminum obat-obat (sembarangan) dan terekspos sinar-X ketika awal kehamilan.

Jika telah pasti cacat janin dengan gambaran yang rinci dan nyata, tidak diragukan lagi melalui tim dokter yang terpercaya. Dan cacat tersebut tidak bisa diobati melalui penanganan dokter spesialis. Maka yang rajih menurutku boleh mengugurkannya. Dengan menimbang apa yang akan didapatkan berupa kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya.[4]

 

Sebagai perbandingan kami bawakan fatwa yang melarang secara mutlak, yaitu Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah :

: إذا تم تشخيص حمل وبان فيه عيب خُلقي وتشوهات خلال أشهر الحًمل . فهل يسمح بتفريغه ؛ أي بإنزال الحمل قبل استكمال شهوره ؟

ج 19 : لا يجوز ذلك ، بل الواجب تركه ؛ فقد يغيره الله . وقد يظن الأطباء الظنون الكثيرة ويبطل الله ظنهم ويأتي الولد سليماً . والله يبتلي عباده بالسراء والضراء . ولا يجوز إسقاطه من أجل أن الطبيب ظهر له أن فيه تشوهاً ؛ بل يجب الإبقاء عليه ، وإذا وجد مشوهاً فالحمد لله يستطيع والداه تربيته والصبر عليه ولهما في ذلك أجر عظيم ولهما أن يسلماه إلى دور الرعاية التي جعلتها الدولة لذلك ولا حرج في ذلك ، وقد تتغير الأحوال فيظنون التشوه وهو في الشهر الخامس أو السادس ثم تتعدل الأمور ويشفيه الله وتزول أسباب التشوه

Jika selama proses kehamilan, setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui adanya cacat fisik pada janin, bolehkah kita menggugurkannya? maksudnya mengeluarkan janin sebelum masa kelahirannya ?

Beliau rahimahullah menjawab :
Tidak boleh, bahkan wajib dibiarkan, karena terkadang Allah Azza wa Jalla merubahnya. Banyak para dokter telah menyampaikan dugaan-dugaan mereka, namun Allah Azza wa Jalla membatalkan dugaan mereka, anak terlahir dengan selamat. Dan  Allah Azza wa Jalla menguji para hamba-Nya dengan kesenangan dan juga dengan kesusahan. Jadi tidak boleh menggugurkan kandungan karena dugaan cacat dari seorang dokter, bahkan janin itu tetap harus dibiarkan. Jika dia memang cacat, maka alhamdulillah si orang tua bisa mendidiknya dan tetap bersabar mengurusinya. (jika demikian-pent) Kedua orang tuanya akan mendapatkan pahala yang besar. Mereka juga bisa menyerahkannya ke panti-panti rehabilitasi yang didirikan oleh pemerintah untuk tujuan ini. Kedua orang tuanya tidak mendapatkan dosa.

Terkadang keadaan berubah, mereka sudah menduga akan cacat namun pada bulan kelima atau keenam, kondisinya berubah normal, Allah Azza wa Jalla memberikan kesembuhan serta faktor-faktor yang menyebabkan cacat menjadi hilang.[5]

 

Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid

23 Shafar 1434 H

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 


[1] HR. Bukhari 12/247 dan Muslim 11/175

[2] HR. Bukhari 12/247 dan Muslim 11/179

[3] Sumber: http://www.alifta.net/Fatawa/FatawaChapters.aspx?View=Page&PageID=272&PageNo=1&BookID=16

[4] Sumber: http://islamqa.info/ar/ref/12118

[5] Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/2190


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/bolehkah-menggugurkan-janin-yang-cacat.html